Sabtu, 01 Februari 2014

PEMANFAATAN KITOLOD (Isotoma longiflora) SEBAGAI OBAT ALTERNATIF UNTUK MATA BERMASALAH


PEMANFAATAN KITOLOD (Isotoma longiflora) SEBAGAI OBAT ALTERNATIF UNTUK MATA BERMASALAH




MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibina oleh Ibu Dr. Kusubakti Andajani, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.





oleh

ALLYSA KHANZA A         120342422475
LENNY YUNIA N                120342422481







 














UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 BIOLOGI
Mei 2013





1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Mata merupakan salah satu alat indera yang vital fungsinya bagi tubuh manusia. Mata bekerja sebagai organ sensor terhadap cahaya, sehingga kita dapat melihat objek di sekitar kita. Mata bekerja secara konstan dengan menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata, kemudian memusatkan bayangan benda pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak, sehingga manusia bisa melihat lingkungan sekitarnya dengan baik (Rizka, 2011). Namun saat ini, semakin banyak orang yang mengalami gangguan pada mata. Gangguan tersebut dapat berupa berbagai macam penyakit. Baik penyakit mata yang disebabkan penyakit lain, maupun penyakit mata bawaan seperti glaukoma, katarak, mata minus atau plus, dan sebagainya.
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya. dalam perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan mata jika tidak diobati. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
Menurut Perdami (Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia) lebih kurang 1,5 % dari penduduk Indonesia mengalami kebutaan akibat berbagai macam gangguan tersebut. Gangguan tersebut dapat berupa berbagai macam penyakit. Baik penyakit mata yang disebabkan penyakit lain seperti gangguan pengelihatan karena diabetes mellitus, maupun penyakit mata bawaan seperti kelainan refraksi, kerusakan kornea, glaukoma, katarak, mata minus atau plus, dan sebagainya.
Telah banyak metode yang ditempuh untuk mengobati gangguan pada mata tersebut. Mulai dari menggunakan program pembedahan gratis yang dilakukan pemerintah bagi penderita katarak, pemberian obat-obatan kimia, hingga cara tradisional yaitu pengobatan alami dengan menggunakan tanaman herbal. Program yang dilakukan pemerintah ini dilakukan berkaitan dengan adanya visi Mata Sehat 2020 milik pemerintah. Namun program Mata Sehat ini juga dapat tercapai dengan menggunakan jalan tradisonal, tidak harus selalu melalui jalan pembedahan atau pemberian obat-obatan kimia. Berkenaan dengan pengobatan herbal, ada salah satu tumbuhan yang berkhasiat dalam menanggulangi mata bermasalah, yaitu tanaman kitolod yang memiliki nama ilmiah  Isotoma longifora.
Ciri-ciri tanaman ini, yakni tinggi tanaman kitolod (Isotoma longifora) sekitar 50cm, habitus semak, dan merupakan tanaman semusim. Getahnya berwarna putih dan mengandung racun. Batangnya berbentuk bulat, berkayu, dan berwarna hijau. Daunnya panjang, berwarna hijau, dengan permukaan kasar, ujung runcing, pangkal menyempit, tepi melekuk ke dalam, dan bergigi sampai melekuk menyirip. Daun merupakan daun tunggal dengan ukuran 2-3cm dan panjangnya 5-15cm. Bunganya berbentuk lonceng dengan mahkota berbentuk bintang. Biji berbentuk bulat telur, berukuran kecil dan berwarna putih. Akar tanaman ini berupa akar tunggang (Ali, 2003; Smith, 2001). Kitolod cocok untuk tumbuh di daerah dataran tinggi yang dingin meskipun sebenarnya dapat tumbuh di dataran rendah. Kitolod yang ditanam pada dataran rendah memberikan hasil yang kurang sempurna, yaitu daun tidak setebal di dataran tinggi dan daunnya tumpul (Ali, 2003).
Cara membudidayakannya juga mudah. Perbanyakan tanaman cukup dengan menggunakan biji. Biji dari tanaman kitolod yang telah matang cukup disemai di tanah yang agak basah. Pemeliharaannya juga mudah, hanya membutuhkan penyiraman yang cukup, penjagaan kelembaban dan pemupukan terutama pupuk dasar. Bahkan, tanaman ini biasanya tumbuh liar di pinggir-pinggir selokan, sela-sela bebatuan, juga di areal tanaman hias sehingga justru terkadang dianggap gulma atau pengganggu yang tidak dikehendaki dan setiap ada kitolod tumbuh di sekitar pekarangan rumah, malah dicabut dan dibuang  (Ali, 2003).
Konon kitolod berasal dari Benua Amerika yaitu, Amerika Serikat dan Amerika Selatan. Kitolod masuk dalam family Campanulaceae yang merupakan golongan tanaman obat yang berupa semak berlukar atau tanaman berukuran kecil.Terdiri dari 60-70 genus dan sekitar 2000 spesies. Tanaman family Camanulaceae umumnya menghasilkan getah yang menyerupai air susu.
Secara umum, kitolod memang tampak sebagai tumbuhan liar yang tidak memiliki manfaat. Namun sebenarnya kitolod memiliki manfaat yang besar untuk obat bagi mata bermasalah. Kitolod dapat menjadi obat alami yang aman dengan harga yang relatif terjangkau. Penggunaan kitolod sebagai obat bagi mata bermasalah adalah salah satu alternatif yang baik selain penggunaan obat-obatan kimia, karena kitolod merupakan obat-obatan herbal, sehingga lebih aman untuk dikonsumsi. Sebab obat-obatan kimia dikhawatirkan dapat memicu terjadinya kanker karena sifatnya yang karsinogenik serta dapat merusak ginjal akibat terlalu banyak zat kimia yang terkandung didalam darah.
Dari segi ekonomi, penggunaan kitolod sebagai obat herbal juga lebih terjangkau dibanding penggunaan obat kimia. Karena kitolod sangat mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Pengolahannya pun mudah dan hampir semua orang dapat melakukan. Yakni cukup dengan menghancurkan daun kitolod, kemudian melarutkannya dalam air. Semua orang dapat menggunakannya untuk merawat kesehatan mata tanpa harus melakukan proses yang rumit terlebih dulu.
 Secara keseluruhan, kitolod adalah obat herbal yang aman, ekonomis, dan pengolahannya mudah. Namun sayangnya, masih banyak orang yang belum mengenal tanaman herbal ini. Padahal manfaatnya sangat besar bagi kesehatan mata. Oleh karena itu peneliti memilih tanaman ini sebagai bahan penelitian agar masyarakat dapat mengenal dan mengetahui manfaat kitolod serta dapat membudidayakan tanaman ini.
1.1  Rumusan Masalah
1.      Mengapa daun kitolod dapat dijadikan obat alami untuk mengatasi gangguan pada mata?
2.      Bagaimana cara menggunakan daun kitolod sebagai obat alami bagi mata bermasalah?

1.2  Tujuan
1.      Mengetahui kandungan yang terdapat dalam kitolod, yang berguna sebagai obat alami untuk mengatasi gangguan pada mata.
2.      Mengetahui proses pengolahan kitolod sehingga dapat digunakan sebagai obat alami bagi mata bermasalah.


2.  PEMBAHASAN
Selama ini, telah diketahui beraneka macam tanaman yang memiliki manfaat atau kandungan yang mampu mengobati mata bermasalah akibat penyakit pada organ tubuh lain seperti kebutaan akibat diabetes mellitus, atau gangguan pengelihatan yang terjadi secara alami seperti mata minus atau plus. Begitu juga dengan daun kitolod yang selama ini sudah sering digunakan sebagai obat bagi mata bermasalah. Tanaman Kitolod mengandung senyawa biokimia yang bermanfaat bagi kesehatan mata, namun tanaman kitolod juga mengeluarkan getah yang beracun. Sehingga pengolahan daun kitolod terbatas pada beberapa lembar saja dalam satu kali penggunaan.
Daun kitolod sendiri mengandung beberapa senyawa biokimia berupa alkaloid, saponin, flavonoid, dan poliferol. Senyawa-senyawa tersebut memiliki manfaat tersendiri bagi mata. Menurut Heyne:1988, senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol dapat disebut dengan seyawa bioaktif. Yaitu senyawa yang mengandung zat bioaktif, yaitu zat yang termasuk metabolit sekunder yang bersifat aktif secara biologis. Aktifitasnya antara lain sebagai antiseptik, yaitu suatu zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba seperti bakteri, khamir, dan kapang yang dapat digunakan untuk industri pangan dan farmasi.
            Zat biokimia yang pertama adalah alkaloid. Alkaloid adalah senyawa yang paling banyak ditemukan di alam. Hampir semua alkaloid berada dalam tumbuhan dan terdapat pada semua jenis tanaman. Secara umum, alkaloid mengandung asam amino  seperti ornitin, lisin, fenilalanin, tirosin, serta triptofan. Alkaloid sendiri kerap digunakan sebagai bahan analgesik (pereda rasa nyeri), bahan anestesi dan sedasi, bahan antibakteri, serta sebagai pereda batuk atau antitusif (Hadi, Surya & Bremnner, J. B, 2001:177-129).
Selanjutnya adalah saponin. Menurut Ardian, Denz:2012, saponin adalah senyawa berbentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi, namun dengan konsentrasi berbeda-beda pada bagian tertentu, tergantung dari varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Saponin bersifat racun bagi hewan kecil seperti ikan dan serangga, namun tidak begitu berpengaruh pada manusia. Bagi manusia, racun dari saponin bersifat antitiroid, yaitu zat yang bekerja menghambat kerja kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon. Namun, sifat toksik saponin pada manusia ini tidak berlangsung permanen dan terjadi secara selektif. Penelitian menunjukkan bahwa saponin dapat meningkatkan sistem imun, bersifat antioksidan, dapat mencegah kanker, anti virus, dapat menghambat pertumbuhan jamur, dan biasanya digunakan sebagai bahan antiseptik.
Kandungan biokimia pada daun kitolod berikutnya adalah flavonoid. Menurut Waji, R.A & Sugrani, Andis:2009, flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman berwarna hijau, kecuali alga. Senyawa ini dapat ditemukan pada batang, daun, bunga, dan buah tanaman. Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai zat anti inflamasi, antioksidan, antibiotik, dan sebagai pencegah kanker (zat antioksidan). Flavonoid sendiri dikatakan dapat mencegah terjadinya penyakit degeneratif (penyakit yang terjadi seiring berjalannya proses penuaan atau pertambahan usia) dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi lemak dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi.
Menurut Suprastiwi, Endang, polifenol adalah salah satu komponen bioaktif yang disebut katekin. Katekin sendiri adalah senyawa multifungsi yang bersifat antiinflamasi (mengurangi peradangan), anti-mutagenik, antioksidan, anti penggumpalan, anti virus, dan antibakteri. Polifenol dapat mengurangi penumpukan Low Density Lipid (LDL) dalam darah, serta mampu mencegah oksidasi dalam pembuluh darah yang menyebabkan pembekuan trombosit abnormal. Bahkan polifenol adalah antioksidan yang golongan bioflavonol yang memiliki kekuatan jauh lebih efektif dari vitamin C dan vitamin E.
Dari keseluruhan kandungan zat bioaktif yang terdapat pada tanaman kitolod, kurang lebih semuanya berfungsi sebagai bahan antiseptik, analgesik, antiinflamasi, antioksidan, dan antibakteri. Bersifat antiseptik, yaitu dapat menghilangkan kotoran seperti bakteri, virus, atau jamur yang melekat pada mata dan terkontaminasi melalui udara. Kotoran tersebut seringkali menghalangi penglihatan dan membuatnya menjadi tidak begitu jelas. Dengan adanya zat antiseptik, kotoran tersebut dapat luluh dan terbawa keluar dari mata bersama air mata, sehingga mata akan menjadi lebih higienis dan bersih. Pandanganpun bisa terlihat lebih jelas dan jernih.
Zat analgesik adalah zat yang berguna sebagai pereda rasa nyeri yang bersifat sedasi. Senyawa analgesik bekerja dengan cara memanipulasi atau mematirasakan syaraf yang terkait dengan penglihatan. Dengan demikian, bila diaplikasikan pada penderita glukoma, zat analgesik dapat memanipulasi syaraf optis yang berkaitan dengan pengelihatan dan langsung berkaitan menuju otak. Sifat senyawa ini bersifat sadatif atau menimbulkan ketergantungan bagi penggunanya. Hal ini terjadi karena adanya efek pereda nyeri yang tersedia, dan adanya efek sensasi nyaman yang diberikan senyawa ini.
Selanjutnya adalah senyawa antiinflamasi atau dikenal dengan senyawa anti peradangan atau anti iritasi. Senyawa ini bekerja dengan cara menghambat respon tubuh memberi sinyal perbaikan pada tubuh. Usaha perbaikan tubuh biasa diwujudkan dengan usaha menhilangkan penyebab iritasi atau membunuh organisme penyebabnya. Usaha inilah yang menimbulkan terjadinya peradangan atau pembengkakan. Senyawa antiinflamasi sendiri berguna untuk mengurangi atau mencegah terjadinya radang atau pembengkakan itu.
Senyawa antibakteri dalam kitolod sebenarnya bekerja hanya terhadap bakteri penyebab gangguan penglihatan. Senyawa antibakteri bekerja dengan cara mengisolasi bakteri penyebab gangguan penglihatan tertentu (secara spesifik). Seperti isolasi bakteri Stapylococcus hominis, yaitu bakteri peyebab penyakit konjungtivitis (peradangan pada selaput konjungtiva, selaput bening yang melapisi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata sehingga menyebabkan mata berwarna kemerahan). Selain itu senyawa antibakteria juga bekerja terhadap bakteri Staphylococci yellow, yaitu bakteri penyebab penyakit katarak. Hasil ekstrak seduhan daun kitolod memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar dibandingkan ekstrak refluks (hasil kondensasi tanpa mengurangi komponennya) daun kitolod itu sendiri.
Senyawa antioksidan bekerja sebagai penangkal radikal bebas di dalam tubuh. Yaitu dengan cara menghambat proses oksidasi yang terjadi dalam tubuh, baik yang disebabkan faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor internal disini dimaksudkan sebagai penyakit yang ada dalam tubuh, atau hasil metabolisme tubuh yang tidak sempurna dan tersebar bebas di seluruh tubuh.
            Sebenarnya proses untuk mengolah kitolod agar dapat digunakan sebagai obat untuk mata bermasalah sangatlah mudah. Bahkan semua orang bisa melakukannya. Yang terpenting adalah menjaga kehigienisan bahan dan peralatan untuk membuat obat tetes dari kitolod ini. Cara pengolahan daun kitolod ini dapat dikerjakan dalam beberapa cara. Semuanya merupakan cara dan langkah yang sederhana dan semua orang bisa melakukan, tanpa mengurangi kehigienisan bahan dan peralatan yang digunakan selama proses pengolahan.
Cara yang pertama adalah sebagai berikut :
a.       Ambil 3 lembar daun kitolod yang masih segar dan cuci hingga bersih.
b.      Siapkan air bersih sebanyak 5 sendok makan dan tuangkan ke dalam mangkok.
c.       Masukkan daun kitolod ke dalam mangkok. Tulang daun kitolod ditekan-tekan dengan sendok hingga keluar cairan dari tulang daun.
d.      Sisa daun kitolod dibuang.
e.       Saring dengan kain halus cairan yang berada di dalam mangkok.
f.       Larutan kitolod siap di teteskan ke mata.
Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam botol kaca kecil. Dan dianjurkan untuk tidak memakai botol plastik untuk menghindari reaksi negatif antar botol dan cairan Kitolod. Lalu disiapkan pipet untuk meneteskan ramuan kitolod.
Cara kedua:
a.       Ambil 3 lembar daun kitolod yang masih segar dan cuci hingga bersih.
b.      Setelah daun dicuci, jemur di bawah terik matahari langsung hingga kering.
c.       Hancurkan daun kitolod kering, kemudian seduh dengan air bersih secukupnya.
d.      Saring air seduhan dari ampas daun kitolod.
e.       Masukkan air seduhan kitolod ke dalam botol kaca.
f.       Siapkan pipet untuk meneteskan cairan kitolod.
Cara ini dilakukan jika di sekitar tempat tinggal kita tidak ditemukan tanaman kitolod atau daun kitolod diperoleh dari tempat lain yang jaraknya cukup jauh.
Cara ketiga:
a.       Ambil 3 lembar daun kitolod dan cuci sampai bersih.
b.      Siapkan air bersih sebanyak 5 sendok makan dan tuangkan ke dalam wadah atau mangkok.
c.       Masukkan 3 lembar daun kitolod yang sudah bersih ke dalam mangkok yang sudah berisi air. Kemudian tekan-tekan daun kitolod menggunakan sendok hingga lumat seluruhnya.
d.      Saring air yang tercampur dengan daun kitolod ini dan saring dengan kain bersih. Kemudian hasil saringan masukkan ke dalam botol.
e.       Siapkan pipet untuk meneteskan cairan kitolod.
Cara ini membuat proses penyembuhan lebih bagus atau lebih cepat. Namun, rasa pedih yang ditimbulkan lebih kuat. Selain itu, waktu penyimpanan obat lebih singkat dibandingkan dengan cara yang pertama.
Pemakaian obat tetes Kitolod dilakukan 2-3 kali sehari. Awalnya, 3-4 hari pemakaian obat tetes ini akan terasa perih tetapi selanjutnya akan hilang dengan sendirinya. Dianjurkan, setelah pemakaian obat tetes Kitolod agar dilakukan pemberian minyak jarak pada mata yang sakit dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan bola mata.
Di awal penggunaan obat tetes kitolod, mata akan terasa perih dan panas. Hal ini dikarenakan senyawa bioaktif dalam kitolod yang bekerja secara aktif ‘membersihkan’ mata, sehingga terasa panas dan perih. Lalu mata akan mengeluarkan reaksi pertahanan alaminya dengan mengeluarkan air mata. Kemudian, bakteri dan kotoran yang telah terangkat akan keluar dari mata bersama air mata itu.


3.  PENUTUP
3.1  Simpulan
Mata yang bermasalah pastilah sangat mengganggu aktifitas kita sehari-hari.  Daun kitolod telah terbukti mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan mata, berupa alkanoid, saponin, flavonoid, dan poliferol. Secara keseluruhan, semua zat yang terkandung dalam kitolod bersifat antiseptik, analgesik, antiinflamasi, antibakteri, dan antioksidan, sehingga dapat mengurangi gangguan penglihatan yang terjadi pada mata. Selain itu membuat ramuan dari daun kitolod ini cukup mudah dan tidak memerlukan biaya yang mahal sehingga hampir semua orang bisa membuatnya.
Maka pemanfaatan daun kitolod yang mudah, murah dan aman tentu sangat berguna. Apalagi semua orang dapat menggunakannya untuk merawat kesehatan mata tanpa harus melakukan proses yang rumit. Selain itu habitat hidupnya yang bisa tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah  membuatnya mudah untuk ditemukan di lingkungan sekitar dan dibudayakan. Jadi daripada menggunakan obat kimia yang mahal dan mempunyai efek samping, lebih baik menggunakan sari daun kitolod yang lebih ekonomis, alami dan aman untuk merawat mata.

3.2 Saran
Meskipun Kitolod dapat mengobati mata bermasalah dengan aman dan tanpa efek samping namun tetap harus dijaga kebersihan dan kehigienisannya dengan mencuci bersih daun kitolod yang akan dipakai. Apalagi jika kita mendapatkannya dari tempat yang agak kotor dan berdebu. Selain itu sebaiknya sebelum membuat ramuan dari daun kitolod, akan lebih baik jika peralatan untuk membuat ramuan disterilkan terlebih dahulu.
Sebelum dilakukan pengolahan, perlu diperhatikan bahwa daun kitolod memiliki getah yang beracun, sehingga penggunaan daun untuk ramuan tidak boleh lebih dari 3 lembar dalam 1 kali penggunaan. Sebelum digunakan, usahakan selalu dicuci bersih bagian tanaman yang akan digunakan, dan pastikan tidak ada getah yang tertinggal di daun yang akan digunakan.




DAFTAR RUJUKAN

Ali, Iskandar. 2003. Khasiat dan Manfaat Kitolod: Penakluk gangguan pada          Mata.   Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Ardian, Denz. 2012. Article Sharing. Saponin. (Online),       (http://farmacyku.blogspot.com), diakses tanggal 12 Mei 2013.
Hadi, Surya & Bremnner, J. B. 2001. Initial Studies on Alkaloids From Lombok      Medicinal Plants 6 : 117-129
Heyne, K. 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia Volume 4. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan.
Nurdiansyah, Rizky. 2009. Data Base Jamu. Kitolod (Isotoma longiflora).   (Online), (http://jamu.biologi.ub.ac.id/?page_id=574), diakses tanggal 1        Mei 2013.
Parwito. 2010. Katarak, Mata Berair, Kebutaan Karena DB, Kitolod Solusinya.     (Online), (http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-       medicine/2073826-katarak-mata-berair-kebutaan-karena/#ixzz2TA5Z    JXGt), diakses tanggal 1 Mei 2013.
Rahma, Kurnia.2010. Aneka Info dan Tips Bermanfaat. Kitolod!!! Tanaman Obat             Gangguan Mata. (Online), (http://tahukahanda45.blogspot.com/2010/11/           cara-buat-obat-tetes-mata-kitolod.html), diakses tanggal 1 Mei 2013.
Rizka. 2011. Pengertian Mata Struktur dan Definisi Mata.(Online), (http://artikel-             rizka.blogspot.com/2011/01/pengertian-mata-struktur-dan-   definisi.html), diakses tanggal 1 Mei 2013.
Smith, T. 2001. Dokter di Rumah Anda. Jakarta: Dian Rakyat.
Suprastiwi, Endang. Tanpa Tahun. Efek Antimikroba Polifenol dari Teh Hijau        Jepang Terhadap Streptococcus mutans. (Online), (http://staff.ui.ac.id),          diakses tanggal 12 Mei 2013.
Waji, R.A & Sugrani, Andis. 2009. Makalah Kimia Organik Bahan Alam   Flavonoid (Quercetin). (Online), (http://pasche08.files.wordpress.com),           diakses tanggal 11 Mei 2013.